Solo –
Kedai teh bermunculan dengan konsep unik. Misalnya Kedai Titilaras yang diperuntukkan pemiliknya sebagai ruang interaksi dengan jam buka dan menu yang tidak menentu.
Mengunjungi Pasar Gede Solo, Anda bisa menemukan kedai teh dan kopi yang ramai di lantai 2. Namanya Kedai Titilaras yang sepertinya tidak memiliki menu atau jam buka pasti.
Meski begitu, pengunjung tetap ramai karena ingin mengetahui cita rasa menu di Kedai Titilaras. Alasan lainnya adalah pemilik Arkha menampilkan proses pembuatan kopi dan teh di hadapan pengunjung. Oleh karena itu konsep tempat ini juga sering disebut dengan open bar.
Saat detikJateng menyambangi toko kecil di lantai 2 Pasar Gede, terlihat sejumlah pengunjung sedang ngobrol dan bercerita di dalam toko. Tak sedikit dari mereka yang sesekali mengeluarkan ponselnya untuk berfoto, merekam momen Arkha menuangkan minuman ke dalam cangkir.
Melalui jendela kecil di toko berukuran 2×1 meter itu, Arkha melayani pengunjung yang datang dan pergi. Karena tidak ada menu, pengunjung baru akan diminta memesan teh atau kopi. Ia juga menjelaskan jenis teh dan kopi yang tersedia, serta bahan-bahan yang digunakan dalam minuman tersebut.
“Ini proyek idealis yang saya siapkan, saya teliti seperti itu, kurang lebih sejak 2017. Jadi sudah lama sekali, sudah lama sekali,” kata Arkha usai menjamu pengunjung, Minggu (21/1). /2024).
Pria lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan olahraga Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ini menceritakan, sejak kecil ia bercita-cita membuka toko yang ia kelola sendiri. Berbagai penelitian telah dilakukan. Mulai dari pembangunan toko, konsep toko, hidangan yang akan disiapkan, hingga biaya-biaya yang diperlukan.
Semula ingin membangun ruko di rumah bobrok, akhirnya proyek terlaksana pada tahun 2022 di ruangan kecil berukuran 2×1 meter di pojok Pasar Gede sisi barat.
“Akhirnya ketemu jodohku di sini (Pasar Gede). Kebetulan sekali, ketemu di pasar Facebook, lagi tren gara-gara temanku. Pertemuannya 3 jam,” ujarnya.
Pria beristri ini juga dikenal di media sosial sering mengenakan celana kain yang tak sengaja menjadi ciri khasnya. Dekorasi toko juga ditata menarik, dengan hiasan bunga kering yang digantung, kartu pos bergambar kegiatan Pasar Gede, serta tulisan filosofis.
Kedai teh dan kopi Titilaras milik Arkha di Pasar Gede Solo, Minggu (21/1/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
|
Arkha menuturkan, dirinya tak ingin sekadar membuka toko untuk berbisnis, ia ingin menjadikan toko sebagai ruang berinteraksi. Dimana dia bisa berinteraksi dengan pengunjung, dan pengunjung juga bisa berinteraksi dengan pengunjung lainnya. Sebab menurutnya, interaksi antar manusia kini mulai berubah seiring dengan berkembangnya teknologi.
“Saya membangun bagaimana ruang interaksi itu berlangsung. Karena landasan di awal ternyata semakin lama saya meneliti, manusia sebagai makhluk hidup yang bersosialisasi semakin kehilangan keterampilan pribadinya, keterampilan paling dasar yaitu interaksi,” ujarnya. dikatakan.
Melalui ruang interaksi tersebut, Arkha kerap mendengarkan pengunjung yang ingin bersantai. Tak sedikit pengunjung yang datang untuk menyampaikan keluhan dan Arkha akan selalu mendengarkan mereka.
Uniknya, Arkha akan berlibur dua kali dalam seminggu. Ia juga hanya akan menyiapkan beberapa porsi kopi dan teh. Seperti halnya jam buka yang tidak bisa diprediksi, menu yang disiapkan akan selalu berubah, tergantung bahan baku yang tersedia di toko. Katanya, untuk keseluruhan menu, ada sekitar 15 menu yang disiapkan sendiri.
“Menu kami bersifat musiman, setiap hari kami akan mengganti menu sesuai bahan bakunya. Dan bahan bakunya selalu saya jelaskan di sini dan menunya hanya dibatasi beberapa bagian saja,” jelasnya.
Lebih lengkapnya ada di halaman berikutnya..
Menonton video “Kunjungi Kedai Teh Unik Berkonsep Retro di Batam“
[Gambas:Video 20detik]