Jakarta

Di tengah dampak inflasi, banyak warung makan yang menaikkan harga menunya. Namun bukan warung makan ini yang selama 11 tahun masih menjual menunya dengan harga yang konsisten.

Akhir-akhir ini banyak menu di warung atau restoran yang harganya sangat mahal akibat efek inflasi. Pemilik warung makan sengaja menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan lebih.

Meski sudah banyak warung atau restoran yang menaikkan harga menu makanannya, namun ternyata masih ada warung yang tidak melakukan perubahan harga. Kios ini juga tersedia di Singapura.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Warung pinggir jalan bernama Mountbatten ini terkenal dengan menu set kway chapnya. Kway chap adalah hidangan Teochew asli yang diperkenalkan ke Singapura oleh para imigran. Hidangan ini terdiri dari bihun atau kway yang disajikan dalam semangkuk sup panas. Biasanya dinikmati dengan daging babi. Lauk pauk juga dapat disesuaikan dengan preferensi masing-masing penjual, lapor root.gov.sg.

Mereka juga hanya menjual kway chap dengan harga yang relatif murah yakni S$2,50 atau sekitar Rp 29 ribu. Namun, yang membuat warung ini menonjol adalah harga makanannya yang tidak berubah.

Perlu diketahui, warung makan kway chap yang buka sejak tahun 2012 ini tidak pernah mengalami perubahan harga hingga saat ini. Harganya selalu konsisten pada S$2,50.

Pemiliknya, Huang Shengfeng, memulai karirnya pada usia 17 tahun dengan berimigrasi dari Malaysia ke Singapura. Selama 14 tahun, ia bekerja di sebuah pusat makanan di Geylang dan menikah. Baru pada tahun 2012, Huang Shengfeng membuka usaha kuliner sendiri di Jalan Batu Hawker Center, Singapura. Ia menjual kway chap yang enak, sehingga pengunjung selalu sibuk mengantri, lapor mustsharenews.com (14/12).

Kway chap-nya semakin mendapat perhatian karena harganya masih sama seperti dulu. Seperti diketahui, belakangan ini harga bahan baku dan sewa tempat semuanya mengalami kenaikan. Dengan begitu, sebagian besar warung makan jelas akan menaikkan harga makanannya agar mendapat keuntungan lebih.

11 tahun berdiri, warung makan ini belum pernah menaikkan harga menunyaSelama 11 tahun warung makan ini masih mempertahankan harga menu yang sama. Foto: Berita Harus Dibagikan

Namun, pemilik warung ini tidak seperti itu. Huang Shengfeng menolak menaikkan harga pangan atau mengurangi porsinya. Ia tetap memilih menjual dengan harga yang sama karena menurutnya harga terjangkau inilah yang membuat reputasi warung makannya cepat viral. Harga yang konsisten ini juga membuat warung makan kway chap semakin diminati masyarakat sehingga mengakibatkan antrean panjang.

Menurut laporan Shin Min Daily News, kedai kway chap ini begitu populer hingga pada pukul 11.30 siang persediaannya sudah habis terjual. Meninggalkan sedikit kekecewaan bagi pelanggan yang mungkin sudah menunggunya.

Salah satu pelanggan mengungkapkan, biasanya mereka harus mengantri sekitar 30 menit. Namun sebagian besar pelanggan tidak keberatan dengan antrian panjang asalkan makanan yang didapat murah dan enak.

Dalam menuju kesuksesan tersebut, Huang juga tak tinggal diam. Huang diketahui menghabiskan waktu 5 tahun secara perlahan untuk meningkatkan keterampilan memasaknya. Ia juga sering mendengarkan kritik dan saran dari pelanggan.

Setiap hari Huang harus bersiap-siap dan tiba di toko pada pukul 02.30. Setelah menyelesaikan kebutuhan penjualannya, Huang mulai membuka toko dari jam 6 pagi hingga jam 12 siang.

11 tahun berdiri, warung makan ini belum pernah menaikkan harga menunyaHarga yang konsisten membuat warung makan ini menarik perhatian pengunjung. Foto: Berita Harus Dibagikan

Setelah toko tutup, Huang tidak bisa langsung beristirahat. Penjual ini harus menyiapkan bahan untuk keesokan harinya. Ia juga harus membersihkan lebih dari 20 kg interior. Selama tiga hari pertama pembukaan toko, ia mengaku hanya tidur dua jam dalam semalam.

“Pekerjaan seperti ini tidak mudah untuk dilakukan hari demi hari, sehingga tidak banyak orang yang melakukannya,” jelasnya.

Namun, semua kerja kerasnya membuahkan hasil. Setelah dikurangi biaya dan gaji istrinya, penjual kway chap ini bisa memperoleh keuntungan bulanan lebih dari S$4.000 atau sekitar Rp46.528.000 per bulan.

Dengan harga yang terjangkau, banyak orang mungkin tidak percaya dengan keuntungan bulanan yang diperoleh Huang. Huang juga terang-terangan mengungkapkan bahwa sebenarnya mustahil baginya mendapatkan penghasilan sebanyak itu hanya dengan menjual kway chap seharga S$2,50. Dia mungkin akan gulung tikar jika semua orang hanya membeli set menu.

Tampaknya penghasilannya lebih banyak karena banyak pelanggan yang memilih lauk pauk, seperti usus babi. Dengan tambahan makanan pendamping, setiap pelanggan bisa membayar sekitar S$5 (Rp 58 ribu) hingga S$6 (Rp 70 ribu).

Paket kway chap seharga Rp 29 ribu ini sebenarnya bisa menjadi pilihan tepat bagi Anda yang mungkin mengeluhkan mahalnya harga makanan. Namun, mereka yang ingin melengkapi santapannya selalu bisa memesan menu tambahan.

Menonton video “Steak Kelas Hotel Bintang Lima, Harga Jalanan
[Gambas:Video 20detik]
(Aqr/adr)

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *