Jakarta

Pak Sadi yang merupakan pemilik Soto Ayam Ambengan Pak Sadi Asli telah meninggal dunia. Sebelumnya, istrinya membeberkan penyakit yang diderita Pak Sadi.

Pak Sadi merupakan salah satu tokoh kuliner legendaris di Indonesia. Ia menjual sop ayam khas Lamongan dengan sentuhan bumbu khas, bahkan ia menamakan soto ayam kreasinya Ambengan.

Nama 'Ambengan' diambil dari nama jalan tempat Pak Sadi mulai berjualan makanannya di Surabaya pada tahun 1971. Sejak saat itu, nama Pak Sadi sebagai pembuat sop ayam yang nikmat semakin populer.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Ia pun mematenkan nama Soto Ayam Ambengan Pak Sadi Asli sebagai merek dagangnya. Selain di Surabaya, Pak Sadi sudah memiliki restoran di Jalan Woltermonginsidi, Jakarta Selatan sejak tahun 1980-an.

Sayangnya, sosok Pak Sadi kini sudah tiada. Ia dikabarkan meninggal dunia di Jakarta pada Minggu (11/2). Kabar tersebut dibenarkan istri Pak Sadi Asli sekaligus pegawai restoran Soto Ayam Ambengan.

Pada Senin (12/2) detikfood mengonfirmasi keduanya. “Iya betul, Pak H. Sadi meninggal kemarin sore tanggal 11,” kata Bu Rita, istri Pak Sadi.

Saat menghubungi salah satu pegawai Soto Ayam Ambengan Pak Sadi Asli cabang Woltermonginsidi, ia juga menceritakan bahwa Pak Sadi meninggal di salah satu rumah sakit di Jakarta. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Lamongan sekitar pukul 12 siang pada Senin (12/2).

Pak Sadi mengidap tumor otak

Pak Sadi, Legendaris Pendiri Soto Ayam Ambengan Meninggal Dunia di Usia TuaPak Sadi, pendiri Soto Ayam Ambengan yang legendaris sejak tahun 1971. Foto: Instagram sotoayampaksadi.bandung

Melalui telepon, Puan Rita (13/2) bercerita lebih banyak tentang perjuangan Pak Sadi sebelum meninggal dunia. “Ayah menderita tumor otak selama 3,5 bulan terakhir,” kata ibu Rita.

Katanya, dokter menyarankan suaminya untuk menjalani operasi tumor otak. Namun mengingat usia ayah saya yang sudah lanjut, tindakan tersebut memiliki risiko yang tinggi. Peluang hidupnya 50:50, kata ibu Rita.

Pada akhirnya, dia dan keluarganya memutuskan untuk tidak mengambil pilihan tersebut. Pak Sadi akhirnya menjalani radioterapi sebanyak 30 kali.

Kondisinya tidak stabil sehingga sering keluar masuk rumah sakit untuk berobat. “Saya dirawat di RS selama 11 hari, lalu pulang ke rumah. Setelah itu saya masuk RS lagi,” lanjut ibunda Rita.

Tumor otak yang diderita Pak Sadi telah melemahkan kemampuan motorik tangan kirinya. Seminggu terakhir sebelum meninggal, ibu Rita menceritakan bahwa tangan kanan Pak Sadi juga terkena dampaknya.

Dia dirawat di ICU UGD rumah sakit tersebut

Puan Rita mengatakan, Minggu (11/2) pagi sekitar pukul 9, kesehatan Pak Sadi menurun. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pak Sadi harus dirawat di ICU, namun saat itu belum tersedia ruang ICU di rumah sakit. Akibatnya, ia dirawat di ICU Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit tersebut.

“Terus sekitar jam 7 malam dia sudah tidak ada,” kata ibu Rita. Pak Sadi meninggal pada usia 79 tahun.

Mengutip detikJatim (13/2), Bambang Sutrisno (41), salah satu putra Pak Sadi mengatakan, jenazah Pak Sadi dibawa ke rumah duka di Jalan Kemboja, Surabaya pada pukul 22.30 WIB.

Tiba di rumah pukul 09.00 WIB Senin (12/2). Dipuji sebentar lalu dibawa ke Lamongan, karena dia dari Lamongan, ada sebidang tanah kosong yang dijadikan kuburan keluarga, kata Bambang kepada detikJatim di lokasi, Selasa (13/2/2024).

Tumor otak baru terdeteksi pada November 2023

Pak Sadi Soto Ayam Ambengan SurabayaPak Sadi meninggal setelah berjuang melawan tumor otak. Foto: Esti Widiyana

Bambang juga mengatakan, selama ini Pak Sadi tidak menyadari kalau dirinya mengidap tumor otak. Sebelumnya dia fokus pada kesehatan jantung, diabetes, dan kolesterol dan tidak pernah memeriksakan kepalanya.

Namun suatu saat Pak Sadi sering mengeluh pusing ringan dan hal ini dianggap wajar. Kemudian pada tanggal 4 November 2023, Pak Sadi tiba-tiba mengalami sakit kepala yang cukup parah dan badan terasa lemas. Akhirnya keluarga di Jakarta dibawa ke RS, setelah menjalani MRI dan CT scan ternyata diduga tumor otak.

“Vertigo kalau otaknya tidak ada masalah, pendengarannya normal, gula darahnya sehat, lambungnya sehat, tapi ternyata ada tumor di otaknya,” ujarnya.

(alamat/pergi)

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *