Banyumas

Saat hujan dan cuaca dingin, lebih baik menyantap makanan dengan kuah yang hangat dan gurih. Di Banyumas, Anda bisa mencoba empal kupat yang dibuat Puan Marsih sejak tahun 1970.

Marsih (51) merupakan penjual kupat Purwokerto generasi kedua. Sehari-harinya ia berbisnis di jalur pertokoan di Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto.

Warungnya berada di seberang toko cat atau di sebelah timur Bank BCA cabang Pasar Wage. Tidak sulit untuk menemukan dealer pick up ini karena lokasi ini selalu ramai.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Puan Marsih biasanya berjualan mulai pukul 13.00 hingga terjual habis, namun biasanya pada pukul 16.00 empal kupatnya sudah habis terjual. Padahal biasanya ia membawa empal berbahan dasar daging sapi seberat 30 kg.

Meski begitu, jika hujan cukup menyulitkannya. Pasalnya, lapak tersebut hanya memiliki atap ruko yang tertutup, yang pasti bocor jika terkena air hujan. Apalagi, ia hanya membawa beberapa kursi atau kursi kecil, serta tikar untuk pelanggan yang ingin makan di lantai.

Legenda empal kupat Ny.  Marsih Purwokerto, Sabtu (27/1/2024).Puan Marsih, penjual empal kupat legendaris di Purwokerto. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

“Saya selalu bawa 30 kg sehari. Ada babat, iso, tetes tebu. Kupat 250 tapi kalau hujan 240. Alhamdulillah habis dan saya tidak pernah bawa pulang,” jelasnya.

Puan Marsih menyediakan 2 jenis jangkar. Basah dan kering. Bumbu dasarnya adalah kombinasi bawang putih, cabai merah, dan santan.

Saat disantap, rasa kuah kental dan santan langsung terasa di lidah. Beberapa potong kupat dan iso atau babat langsung menyatu di mulut. Tekstur dalamnya juga lembut. Karena dia menyiapkan makanan sejak pagi.

“Masak dari jam 8 pagi. Buka dari jam 1 siang dan tutup setelahnya, tapi biasanya selesai jam 4. Tidak ada hari libur tergantung hari apa saya mau tutup,” jelasnya.

Marsih adalah generasi kedua. Pasalnya, ibu Sani yang kini berusia 94 tahun sudah tidak berbisnis lagi. Dialah yang meneruskan bumbu dan cita rasa warisan budaya yang dilestarikan.

“Ibu saya sudah berbisnis sejak tahun 1970. Tapi saya meneruskannya sejak tahun 2005. Sejak itu saya tidak pernah pindah. Mungkin kalau buka toko saya akan pindah. Tapi saya sudah lama berjualan di sini,” ujarnya.

Ia mengaku tidak membuka cabang. Namun, sepupunya biasa menjual makanan serupa. Baru sekarang ditutup karena meninggal dunia.

“Tidak ada cabang. Adik saya dulu jualan tapi tutup. Sekarang saya tidak kuat lagi buka cabang,” ujarnya.

Salah satu bagian dari pasak kupat ini harganya cukup terjangkau. Hanya seharga Rp 10 ribu saja untuk satu mangkoknya sudah cukup mengenyangkan perut yang keroncongan.

“Satu bagian harganya 10 ribu. Dulu 6 ribu, lalu 8 ribu. Sekarang 10 ribu,” tutupnya.

Legenda empal kupat Ny.  Marsih Purwokerto, Sabtu (27/1/2024).Harga bagian empal kupatnya hanya Rp 10 ribu saja. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

Hermiana (45), warga Kampung Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara, mengaku sudah lama menjadi pelanggan tetap empal kupat. Seringkali ia hanya membeli pasak saja tanpa menambahkan kupat.

“Rasanya enak banget, enak, dan kuahnya banyak. Enak disantap saat mendung atau hujan. Tapi biasanya saya beli empal saja. Murah juga,” akunya.

Selain Hermiana, Dian Aprilia (37), warga Kampung Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, juga sudah lama menggemari empal kupat. Ia kerap membelinya sebagai lauk untuk keluarganya di rumah.

“Aku sering beli bungkus. Buat lauk keluarga di rumah. Enak, kuahnya juga enak. Dan bagian dalamnya tidak keras. Rasanya juga tidak enak. Karena biasanya kalau di dalam seperti ini, akan sangat enak.” berminyak,” tutupnya.

Artikel ini telah tayang di detikjateng dengan judul “Rasa Empal Kupat Bu Marsih Purwokerto, enak disantap saat hujan”

(adr/adr)

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *