Jakarta

Di Bali terdapat salak unggulan yakni salak khas Sibetan yang diusulkan menjadi situs warisan dunia sejak tahun 2017. Kini salak tersebut sedang dievaluasi oleh tim ahli.

Kampung Sibetan di Karangasem, Bali merupakan kawasan penghasil salak khas seperti salak nanas dan salak cendana yang terkenal dengan rasanya yang manis dan lezat. Salak ini telah diusulkan sebagai Situs Warisan Dunia Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sejak tahun 2017.

Salak Sibetan kini mulai dinilai oleh tim ahli dari Scientific Advisory Group-Globally Important Agricultural Heritage Systems (SAG-GIAHS). Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (PP Kabupaten) Kabupaten Karangasem I Nyoman Siki Ngurah mengatakan, pengkajian dilakukan mulai 1-4 Februari 2024.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Penilaiannya mencakup banyak hal mulai dari survei pasar, proses pembibitan, kondisi pertanian salak, dan lain-lain. Penantiannya sangat panjang untuk menjadikan sistem budidaya salak Sibetan sebagai salah satu situs warisan dunia FAO, kata Siki Ngurah, saat dikonfirmasi, Sabtu (3/2/2024).

Petani Salak asal Desa Sibetan, Kecamatan Burdendem, Karangasem, I Nyoman Mastra memperlihatkan pohon salak di kebunnya.Petani salak asal Desa Sibetan, Kecamatan Banyakdem, Karangasem, I Nyoman Mastra memperlihatkan pohon salak di kebunnya. Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali

Ia mengusulkan agar salak Sibetan menjadi salah satu situs warisan dunia FAO karena memiliki lima elemen kriteria. Diantaranya adalah ketahanan pangan, keanekaragaman hayati pertanian, kearifan lokal tradisional petani lokal, nilai-nilai budaya dan organisasi sosial, serta properti yang menarik.

Namun untuk menjadikan Salak Sibetan sebagai salah satu situs warisan dunia, banyak kendala yang dihadapi pemerintah setempat. Salah satunya terhambat pandemi COVID-19 sehingga proses evaluasi ditunda. Padahal usulan ini sudah diajukan sejak tahun 2017.

Dengan pengkajian yang dilakukan oleh tim ahli FAO SAG-GIAHS yang datang langsung dari Roma, Italia, diharapkan kulit kayu Sibetan dapat dinobatkan sebagai situs warisan dunia. Jika ditentukan tentu akan banyak manfaatnya bagi Pemkab Karangasem. Mulai dari kunjungan wisatawan, kemajuan sistem pertanian, hingga pemerintahan daerah.

“Selain itu, ada juga beberapa tantangan yang harus kita hadapi ke depan. Salah satunya terkait konversi lahan. Namun saya sudah bekerja sama dengan desa adat agar masyarakat tetap menjaga kebun salaknya,” tegas Siki. Ngurah.

I Nengah Putu Murtika, saat ditemui di kebunnya di Banjar Dinas Karanganyar, Desa Sibetan, Kecamatan Uangdem, Karangasem, Bali, Minggu (21/8/2022).I Nengah Putu Murtika, saat ditemui di kebunnya di Banjar Dinas Karanganyar, Desa Sibetan, Kecamatan Uangdem, Karangasem, Bali, Minggu (21/8/2022). Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali

Salah satu petani salak Sibetan, I Nyoman Mastra, mengapresiasi usulan salak Sibetan sebagai salah satu situs warisan dunia FAO. Sebab salak sibetan akan lebih dikenal di dunia dan akan berdampak pada pariwisata.

Ia berharap ke depan ada aturan yang jelas mengenai kawasan mana yang akan dijadikan tempat wisata dan kawasan pertanian.

“Saya sangat mendukung masuknya salak Sibetan menjadi salah satu situs warisan dunia FAO. Karena ini menjadi harapan kita semua sebagai pemulia salak. Karena tentunya banyak manfaat yang kita dapatkan nantinya,” kata Mastra.

Artikel ini telah tayang di detikbali dengan judul “Diusulkan Jadi Warisan Dunia Sejak 2017, Salak Sibetan Dinilai Tim FAO”

(adr/adr)

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *