Jakarta –
Gorengan menjadi menu buka puasa favorit masyarakat Indonesia. Namun, hati-hati mengonsumsinya terlalu banyak karena para ahli kesehatan memperingatkan 4 kemungkinan risikonya.
Terlalu banyak mengonsumsi gorengan dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh. Apa risikonya? Berikut penjelasan dari pakar kesehatan.
1. Obesitas
Makanan yang melalui proses penggorengan cenderung mengandung kalori dan lemak yang tinggi. Sebab, gorengan akan kehilangan jumlah air yang terkandung di dalamnya dan menyerap lemak berlebih. Akibatnya, makanan tersebut akan memiliki kandungan lemak yang tinggi.
Misalnya 100 gram kentang panggang mengandung 93 kalori dan 0,13 gram lemak, sedangkan 100 gram kentang goreng mengandung 312 kalori dan 15 gram lemak, jelas ahli gizi klinis dari Eka Hospital Cibubur, dr. Imelda Goretti melalui pernyataannya.
Imelda menuturkan, makanan yang tinggi kalori dan lemak dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Obesitas adalah suatu kondisi ketika terlalu banyak lemak menumpuk di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani, obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan diabetes.
2. Kanker
Imelda menuturkan, gorengan berpotensi tinggi menghasilkan akrilamida. Akrilamida merupakan senyawa berbahaya yang terjadi jika makanan digoreng terlalu lama dalam minyak.
“Diketahui, [zat akrilamida] “adalah zat beracun penyebab kanker yang terbentuk dalam makanan selama proses memasak dengan suhu tinggi, seperti menggoreng,” jelas Dr. Imelda.
Ia menjelaskan, akrilamida merupakan reaksi kimia antara gula dan asam amino yang disebut asparagin. Zat ini terbentuk pada beberapa makanan, seperti kentang, daging merah, dan makanan bertepung yang diolah dengan suhu tinggi, salah satunya adalah menggoreng.
Gorengan yang renyah dan nikmat berisiko membahayakan tubuh jika disantap sebagai menu buka puasa. Foto: Halaman Berita
|
3. Penyakit jantung
Makanan yang digoreng mempunyai dampak besar terhadap risiko peningkatan tekanan darah, obesitas dan penyumbatan pembuluh darah yang dapat memicu penyakit jantung. Pasalnya, gorengan memiliki kadar lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi sehingga dapat berdampak buruk bagi kesehatan jantung.
4. Diabetes tipe 2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Shenzhen, konsumsi gorengan secara terus-menerus berkaitan erat dengan risiko terkena diabetes tipe 2.
Berdasarkan penelitian tersebut, risiko diabetes tipe 2 pada seseorang yang mengonsumsi gorengan empat hingga enam kali dalam seminggu bisa meningkat hingga 39 persen. Sedangkan jika gorengan dimakan lebih dari tujuh kali dalam seminggu, peningkatannya sebesar 55%.
“Penelitian menemukan bahwa orang yang rutin mengonsumsi makanan cepat saji berisiko mengalami resistensi insulin dan menyebabkan diabetes tipe 2,” kata Dr. Imelda.
Sebagai alternatif, dr. Imelda menyarankan mengonsumsi makanan sehat seperti kurma, jus buah, dan air mineral sebagai menu berbuka puasa. Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat mulai mengubah pola hidup dengan menggunakan cara memasak selain menggoreng, seperti merebus, mengukus, atau memanggang.
“Makanan yang dipanggang menggunakan oven toaster atau air fryer dapat menghasilkan makanan dengan nilai kalori dan lemak yang lebih rendah. Penggunaan oven dan air fryer juga dapat mengurangi penggunaan minyak hingga 70 hingga 80 persen,” jelas Dr. Imelda.
Artikel ini telah tayang di CNBC Indonesia dengan judul Apakah Anda selalu makan gorengan setiap kali berbuka puasa? Waspadai 4 Penyakit Ini
Menonton video “Ahli Gizi Tidak Merekomendasikan Sahur Menggunakan Mie“
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/adr)